watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

GADIS PERAWAN
<

Kring.. Kring.. HP-ku berbunyi. Saat itu aku
berada di kantorku sedang membaca surat-surat
dan dokumen yang barusan dibawa Lia,
sekretarisku, untuk aku setujui. Kulihat di layar
tampak sebuah nomor telepon yang sudah
kukenal.
“Hello.. Dita.. Apa kabar” sapaku.
“Hi.. Pak Robert.. Kok udah lama nih nggak
kontak Dita”
“Iya habis sibuk sih” jawabku sambil terus
menandatangani surat-surat di mejaku.
“Ini Pak Robert.. Ada barang bagus nih..”
terdengar suara Dita di seberang sana.
Dita ini memang kadang-kadang aku hubungi
untuk menyediakan wanita untuk aku suguhkan
pada tamu atau klienku. Memang terkadang
untuk menggolkan proposal, perlu adanya servis
semacam itu. Terkadang lebih ampuh daripada
memberikan uang di bawah meja.
“Bagusnya gimana Dit?” tanyaku penasaran.
“Masih anak-anak Pak.. Baru 15 tahun. Kelas 3
SMP. Masih perawan”
Mendengar hal itu langsung senjataku berontak
di sarangnya. Memang sering aku kencan
dengan wanita cantik, ABG atupun istri orang.
Tetapi jarang-jarang aku mendapatkan yang
masih perawan seperti ini.
“Cantik nggak?” tanyaku
“Cantik dong Pak.. Tampangnya innocent
banget. Bapak pasti suka deh..” rayu Mami Dita
ini.
Setelah itu aku tanya lebih lanjut latar belakang
gadis itu. Namanya Tari, anak keluarga ekonomi
lemah yang perlu biaya untuk melanjutkan
sekolahnya. Orang tuanya tidak mampu
menyekolahkannya lagi sehabis SMP nanti,
sehingga setelah dibujuk Dita, dia mau
melakukan hal ini.
“Minta berapa Dit? ” tanyaku
“Murah kok Pak.. cuma lima juta”
Wah.. Pikirku. Murah sekali.. Aku pernah dengar
ada orang yang beli keperawanan sampai
puluhan juta. Singkat kata, akupun setuju
dengan tawaran Dita. Aku berjanji untuk
menelponnya lagi setelah aku sampai di lokasi
nanti.
“Lia.. Ke sini sebentar” kutelpon sekretarisku
yang sexy itu. Tak lama Lia pun masuk ke
ruanganku. Sambil tersenyum manis dia pun
duduk di kursi di hadapanku.
“Ada apa Pak Robert?” tanyanya sambil
menyilangkan kakinya memamerkan pahanya
yang putih.
Belahan buah dadanya tampak ranum terlihat
dari balik blousenya yang agak tipis. Ingin
rasanya aku nikmati dia saat itu juga, tetapi aku
lebih ingin menikmati perawan yang ditawarkan
Dita. Toh masih ada hari esok untuk Lia, pikirku.
“Saya perlu uang lima juta untuk entertain klien.
Tolong minta ke bagian keuangan ya” kataku.
“Baik Pak” jawabnya.
“Ada lagi yang bisa saya bantu Pak Robert..?” Lia
berkata genit sambil menatapku menggoda.
“Nggak.. Mungkin lain kali Lia.. Saya sibuk banget
nih” kataku pura-pura.
Aku tak ingin staminaku habis sebelum
bertempur dengan Tari, anak SMP itu. Liapun
beranjak pergi dengan raut muka kecewa, dan
tak lama dia kembali membawa uang yang aku
minta beserta slip tanda terima untuk aku
tandatangani.
“Nanti kalau perlu lagi, panggil Lia ya Pak”
katanya masih mengharap.
“Baik Lia.. Saya pergi dulu sekarang. Jangan
telepon saya kecuali ada emergency ya” jawabku
sambil mengemasi laptopku.
Tak lama akupun sudah meluncur dengan Mercy
kesayanganku menuju hotel di kawasan
Semanggi. Akupun cek in di hotel yang
berdekatan dengan plaza yang baru dibangun di
daerah itu. Setelah mendapatkan kunci akupun
bergegas menuju kamar suite di hotel itu.
Setiba di kamar, kutelpon Dita untuk
memberitahukan lokasiku. Dia berjanji untuk
datang sekitar satu jam lagi. Sambil menunggu
kunyalakan TV dan menonton siaran CNN di
ruang tamu kamarku. Sedang asyik-asyiknya
melihat berita perang di Irak tiba-tiba HP-ku
berbunyi.
“Sialan Lia. Aku khan sudah bilang jangan
telepon.” pikirku sambil mengangkat telepon
tanpa melihat caller ID-nya.
“Halo. Pak Robert.. Ini Santi” kata suara di
seberang sana. Santi ini adalah istri dari Pak Arief,
manajer keuangan di kantorku.
“Oh Santi.. Aku pikir sekretarisku. Ada apa San?”
“Nggak Pak Robert.. Cuma kangen aja. Pengin
ketemu lagi nih Pak.. Aku pengin ulangi kejadian
yang di pesta dulu itu. Bisa ketemuan nggak Pak
hari ini?”
“Wah.. Kalau hari ini nggak bisa San.. Aku
sedang di tempat klien nih” jawabku mengelak.
“Khan minggu depan suamimu sudah pergi..
Jadi kita bisa puas deh nanti seharian” lanjutku.
“Habis Santi udah kangen banget Pak..”
rengeknya.
“Sabar ya sayang.. Tinggal beberapa hari lagi
kok” hiburku.
“OK deh.. Sorry kalau mengganggu ya Pak”
katanya menyudahi pembicaraan.
Wah, ternyata dia sudah tak sabar kepengin aku
kencani, pikirku. Mungkin baru pertama dia
bertemu dengan laki-laki jantan sepertiku di pesta
perkawinan dulu. Kemudian aku telepon Lia
untuk menanyakan kepastian kepergian Pak Arief
ke Singapore, yang dijawab bahwa semuanya
sudah confirm dan Pak Arief akan berangkat tiga
hari lagi.
Setelah satu jam setengah aku menunggu,
terdengar bunyi bel kamarku. Kubuka pintu
kamarku dan tampak Dita bersama seorang
gadis belia, Tari.
“Maaf Pak Robert. Tadi Tari baru pulang dari
latihan pramuka di sekolahnya” alasan Dita.
Mungkin tampak di wajahku kalau aku kesal
menunggu mereka.
“OK nggak apa.. Ayo masuk” kataku sambil
memperhatikan Tari.
Hari itu dia mengenakan tanktop yang
memperlihatkan bahunya yang putih mulus.
Juga rok mini jeans yang dikenakan menambah
cantik penampilannya. Tubuhnya termasuk
bongsor untuk anak seusia dirinya. Dari balik
tanktopnya tersembul buah dadanya yang baru
tumbuh. Yang membuat aku kagum adalah
wajahnya yang cantik dan terkesan innocent.
“Tari.. Ini Oom Robert” kata Dita
memperkenalkanku padanya.
Kuulurkan tanganku dan disambutnya sambil
berkata lirih, “Tari..”
Kemudian kami bertiga duduk di sofa, dengan
Tari duduk disamping sedangkan Dita
berhadapan denganku. Kurengkuh pundak Tari
dengan tangan kiriku, sambil kuelus-elus sayang.
“Gimana Pak.. OK khan” Dita bertanya
“OK.. Kamu jemput lagi aja nanti” jawabku
sambil mengelus dan meremas lengan Tari yang
mulus itu gemas. Setelah itu Dita pamitan, tentu
saja setelah menerima pembayarannya.
“Kamu lapar nggak Tari? Kita pesan makanan
dulu yuk” saranku.
Dia hanya menganggukkan kepalanya. Sekarang
memang sudah waktunya makan malam, dan
aku tak mau staminaku tidak prima hanya karena
perutku yang lapar. Apalagi ternyata gadis yang
dibawa Dita ini cantik sekali.
“Pesan apa?” tanyaku sambil memberikan room
service menu padanya.
“Nasi goreng aja Oom”
“Minumnya?”
“Minta susu boleh Oom?” jawabnya.
Langsung aja aku pesan beefsteak dan bir
untukku, dan nasi goreng serta susu untuk Tari.
Sambil menunggu pesanan datang, kamipun
menonton TV.
“Channelnya Tari ganti ya Oom” katanya sambil
mengambil remote.
“Oh ya.. Oom juga bosen lihat perang terus”
jawabku sambil mengagumi keindahan Tari.
Setelah dia duduk, kuelus-elus rambutnya yang
berpita dan panjangnya sebahu itu. Tari
kemudian mengubah channel TV ke channel
Disney. Rupanya dia suka menonton film kartun.
Maklum masih anak-anak, pikirku.
“Kamu sudah punya pacar?” tanyaku setelah
kami terdiam beberapa saat.
“Belum Oom..”
“Kenapa?” tanyaku lagi
“Tari khan masih kecil..” katanya sambil terus
menatap adegan kartun di TV.
Aku pun makin bernafsu mendengar
jawabannya. Yah.. Akulah nantinya yang akan
menikmatimu untuk pertama kalinya he.. He..
Kuciumi pipinya sambil kuelus-elus pahanya.
Tari nampak tak terbiasa dan bergerak agak
menghindar. Pahanya yang putih mulus makin
tersibak menampakkan pemandangan yang
indah. Tanganku kemudian meraba dadanya
yang baru tumbuh itu. Kemudian kupegang
wajahnya dan kucium bibirnya. Tampak sekali
bahwa dia belum berpengalaman dalam hal
seperti ini. Tanganku sudah ingin melucuti
tanktopnya ketika tiba-tiba bel kamarku berbunyi.
“Room Service” terdengar suara di depan
kamarku.
Akupun berdiri meninggalkan Tari untuk
membuka pintu. Tampak ada perasaan lega di
raut wajah Tari ketika aku beranjak pergi.
“Ada pesanan lagi Pak?” tanya petugas room
service setelah meletakkan makanan di meja.
“Nggak” jawabku
“Mungkin buat anaknya?” tanyanya lagi
“Mungkin nanti menyusul” kataku sambil
menandatangani bill yang diserahkannya.
Aku geli juga mendengar si petugas menyangka
Tari adalah anakku. Memang pantas sih dilihat
dari perbedaan umur kami.
Kamipun lalu menyantap makanan kami. Tari
menikmati nasi goreng dan segelas susunya
sambil terus menonton kartun kesayangannya.
“Mau buah Tari?” kataku sambil mengambil
buah-buahan dari minibar.
“Nggak Oom.. Udah kenyang. Dibungkus aja
boleh ya Oom.. Untuk adik di rumah” katanya.
Hm.. Benar-benar manis ini anak, pikirku. Dalam
hati aku kasihan juga pada dia, tapi aku tak dapat
menahan nafsu birahiku untuk menikmati
tubuhnya yang muda itu.
Aku makan satu buah apel dan kuberikan
sisanya padanya. Diterimanya buah-buahan itu
dan kemudian dimasukkan dalam tasnya.
Akupun kembali duduk disampingnya dan
kemudian kuambil remote dan kumatikan
TVnya.
“Ayo sayang kita mulai ya..” kataku sambil
menciumi pundaknya yang terbuka.
Aku kemudian beralih menciumi bibirnya sambil
tanganku meremas-remas dadanya. Tak ada
response darinya. Ketika tangannya yang mungil
aku letakkan di atas kemaluanku, dia diam saja.
“Kok diam saja sih!!” Bentakku.
“Oom.. Tari nggak pernah Oom.. Belum ngerti”
jawabnya lirih ketakutan.
“Ya sudah sini kamu..” kataku sambil beranjak ke
meja dimana laptopku berada. Tari mengikutiku
dari belakang. Langsung kusetel film BF yang
aku simpan di dalam harddiskku.
“Ayo sini duduk Oom pangku” kataku.
Taripun duduk di atas pangkuanku sambil
melihat adegan persetubuhan dimana seorang
wanita bule cantik sedang dengan rakusnya
mengulum kemaluan orang berkulit hitam.
Mata Tari tampak takjub melihat adegan yang
pasti baru pertama kalinya dia lihat itu.
Sementara aku menciumi dan menjilati pundak
dan lehernya yang jenjang dari belakang.
Tangankupun telah masuk ke dalam tanktopnya
dan meremas-remas buah dadanya yang masih
tertutup BH itu. Kutarik ke atas cup BHnya
sehingga tangankupun leluasa menjelajahi dan
meremas buah dadanya yang mulai tumbuh itu.
Kupilin perlahan puting dadanya yang mulai
mengeras.
“Oom.. Jangan Oom.. Tari malu” katanya sambil
menatap adegan di laptopku dimana si wanita
bule sedang mengerang-erang nikmat
disetubuhi dari belakang.
“Nggak usah malu sayang” jawabku sambil agak
memutar tubuhnya sehingga aku leluasa
menikmati dadanya.
Kulumat buah dada yang baru tumbuh itu dan
kujilat lalu kuisap putingnya yang kecil berwarna
merah muda itu. Sementara tanganku yang satu
telah merambah paha sampai mengenai celana
dalamnya.
“Pelan-pelan Oom.. Sakit” desahnya ketika
tanganku mengusap-usap kemaluannya setelah
celana dalamnya aku sibak. Mulutku masih sibuk
mencari kepuasan dari buah dada anak belia ini.
“Kamu cantik sekali Tari.. Ohh yeah..” kataku
meracau sambil mengulum dan menjilati buah
dadanya.
Tanganku mengelus-elus pundaknya yang
jernih, sedangkan yang satunya sedang
merambah kemaluan anak perawan ini.
Kemaluanku tampak memberontak di dalam
celanaku, bahkan sudah mengeluarkan cairannya
karena sudah sangat terangsang.
Kuturunkan Tari dari pangkuanku, dan akupun
berdiri didepannya. Kuciumi bibirnya dengan
ganas sambil tanganku meremas-remas
rambutnya.
“Emmhh.. Emmhh..” hanya itu yang terdengar
dari mulut Tari.
Kumasukkan lidahku dan kujelajahi rongga
mulutnya. Sementara kuraih tangan Tari dan
kuletakkan ke kemaluanku yang sudah sangat
membengkak. Tetapi lagi-lagi dia hanya diam
saja. Memang dasar anak-anak, belum tahu cara
memuaskan lelaki, pikirku. Dengan agak kesal
kutekan pundaknya sehingga dia berlutut di
depanku. Dia agak berontak akan bangun lagi.
“Ayo.. Berlutut!!” kataku sambil menarik
rambutnya.
Tampak air mata Tari berlinang di sudut
matanya. Dengan cepat aku lepas celana dan
celana dalamku, sehingga kemaluanku berdiri
dengan gagah di depannya.
“Ayo isap!!” perintahku pada Tari yang tampak
ketakutan melihat kemaluanku yang sebesar
lengannya itu. Kugenggamkan tangannya pada
kemaluanku itu.
“Ampun oomm.. Jangan Oom.. Besar sekali..
Nggak muat Oom” katanya mengiba-iba. Terasa
tangannya bergetar memegang kemaluanku.
“Ayo!!” bentakku sambil menarik rambutnya
sehingga kemaluankupun menyentuh wajahnya
yang imut dan innocent itu.
Tampak Tari sambil menahan tangisnya
membuka mulutnya dan akupun sambil
berkacak pinggang menyorongkan kemaluanku
padanya.
“Aahh.. Yes.. Make Daddy happy..” desahku
ketika kemaluanku mulai memasuki mulutnya
yang mungil. Akupun mengelus-elus rambutnya
yang berpita itu dengan penuh kasih sayang
ketika Tari mulai menghisapi kemaluanku.
“Ayo jilati batangnya.. Sayang” kataku sambil
mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya.
Taripun mulai menjilati batang kemaluanku
dengan perlahan.
“Ayo isap lagi” instruksiku lagi sambil tanganku
mengangkat dagunya dan menyorongkan
kemaluanku padanya.
Taripun mulai lagi mengulum kemaluanku,
walaupun hanya ujungnya saja yang masuk ke
dalam mulutnya. Kutekan kemaluanku ke dalam
mulutnya sehingga hampir separuhnya masuk
kedalam mulutnya. Tampak dia tersedak ketika
kemaluanku mengenai kerongkongannya.
Dikeluarkannya kemaluanku untuk mengambil
nafas, sementara aku tertawa geli melihatnya.
“Sudah. Oom.. Jangan lagi Oom” Tari
memohon. Air matanya tampak menetes di
pipinya
“Oom belum puas. Ayo lagi!!” bentakku sambil
menjambak rambutnya, sehingga wajahnya
terdongak ke atas menatapku.
Taripun terisak menangis, tetapi kemudian dia
kembali menjilati dan mengulum kemaluanku.
Pemandangan di kamar hotel itu sangatlah indah
menurutku. Seorang laki-laki dewasa dengan
tubuh tinggi besar sedang berkacak pinggang,
sementara seorang anak di bawah umur dengan
wajah tanpa dosa sedang mengulum
kemaluannya.
Mungkin sekitar 15 sampai 20 menit aku ajari
anak perawan itu cara untuk memberikan
kepuasan oral pada lelaki. Setelah itu aku
merasakan kemaluanku akan meledakkan cairan
ejakulasinya.
“Buka mulutmu!!” perintahku pada Tari sambil
mengeluarkan kemaluanku dari kulumannya.
Kemudian kukocok-kocok kemaluanku sebentar,
dan kemudian muncratlah cairan spermaku ke
dalam mulutnya dan sebagian mengenai
wajahnya.
“Oh.. Yeahh.. Nikmat.. Kamu hebat Tari..”
erangku saat orgasme.
“Ayo telan!!” perintahku lagi ketika melihat dia
akan memuntahkan spermaku keluar.
Tampak dia berusaha menelan spermaku,
walaupun karena jumlahnya yang banyak,
sebagian meleleh keluar dari mulutnya.
Diambilnya tisu dan dibersihkannya wajahnya
sambil membetulkan pakaiannya sehingga rapi
kembali. Dia pun kemudian mengambil dan
meminum habis sisa susunya. Sementara aku
pergi ke toilet untuk buang air kecil.
Sekembalinya aku dari toilet, tampak Tari sedang
duduk gelisah di sofa. Pandangan matanya
tampak kosong dan berubah menjadi takut
ketika melihat aku menghampirinya. Aku
tersenyum dan duduk disampingnya. Kembali
kuelus-elus pundak dan tangannya.
“Omm.. Tari pengin pulang Oom.. Tari capek..”
katanya.
“Yach kamu istirahat dulu aja sayang” jawabku
sambil mencium pipinya.
Kamipun duduk terdiam. Kusetel kembali TV
yang masih menayangkan acara kartun
kesukaannya itu. Kuusap-usap tubuhnya yang
duduk di sampingku sambil sesekali kuciumi.
Aku menunggu hingga kejantananku bangkit
kembali.
Aku beranjak ke meja dimana laptopku masih
menayangkan adegan syur semenjak tadi. Di
layar sekarang seorang pria bule sedang dihisap
kemaluannya oleh dua wanita cantik. Yang satu
bule juga, sedangkan yang lain wanita Asia,
kalau tidak salah Asia Carrera namanya. Memang
film produksi Vivid ini bagus sehingga aku
menyimpannya di harddiskku. Melihat adegan
demi adegan di layar, kejantananku pun perlahan
bangkit kembali. Kudatangi sofa dimana Tari
berada. Tari tampak gelisah ketika aku berlutut di
depannya.
“Aku ingin menikmati memekmu sayang” kataku
sambil menyibakkan rok mininya. Kuciumi
pahanya dan kujilati sampai mengenai celana
dalamnya. Kemudian kulepas celana dalamnya
itu sehingga vaginanya yang bersih tak berbulu
itu tampak mempesonaku.
“Jangan Oom.. Tolong Oom” kata Tari ketika
tanganku mulai meraba kemaluannya. Karena
gemas, langsung aku jilati dan isap vaginanya.
Lidahku menari-nari dan kumasukkan ke dalam
liangnya yang perawan itu.
“Uhh.. Ampun Oom..” erangnya ketika aku
menemukan klitorisnya dan langsung kuhisap.
Sementara tanganku naik ke atas meremas buah
dadanya. Kupilin-pilin putingnya sehingga mulai
mengeras. Sementara vaginanya pun sudah
mengeluarkan lendir tanda dia telah siap untuk
disetubuhi.
“Ayo kita lanjutkan di ranjang, manis..” kataku
sambil merengkuh tubuhnya dan
menggendongnya. Aku ciumi bibirnya sambil
badannya tetap aku gendong menuju kamar
tempat tidur.
Kurebahkan tubuhnya di ranjang, dan akupun
mulai melucuti pakaianku. Tampak kemaluanku
sudah kembali membengkak ingin diberi
kenikmatan oleh anak kecil ini. Tari tampak
memandangku dengan tatapan mengiba.
Matanya menampakkan ketakutan melihat
ukuran kemaluanku.
Langsung kuterkam tubuhnya di ranjang dan
kuciumi wajahnya yang manis. Kubuka
tanktopnya juga BHnya dan kulempar ke lantai.
Langsung kusantap buah dadanya yang masih
dalam masa pertumbuhan itu, dan kujilati dan
kuisapi putingnya hingga mengeras.
Lalu kubuka rok mininya, sehingga Taripun
sudah telanjang bulat pasrah di atas ranjang.
Jariku kemudian menari merambah vaginanya
dan mengusap-usap klitorisnya.
“Tolong jangan Oom.. Aduh.. Oom.. Jangan
Oom.. Tari masih perawan Oom.” rengeknya.
Aku menghentikan kegiatanku dan menatapnya
“Memangnya Bu Dita bilang apa?” tanyaku
“Katanya Tari nggak akan diperawani. Cuma
dipegang dan diciumi aja” jawabnya terisak.
Mendengar itu timbul perasaan iba karena
ternyata dia telah dibohongi oleh Dita.
“Ya sudah..
“Kataku.
“Kamu hisap lagi aja kontol Oom seperti tadi”
perintahku.
Akupun lalu tidur telentang dan Taripun kutarik
hingga wajahnya berada di depan kemaluanku
yang sudah berdiri tegak. Kutekan kepalanya
perlahan, hingga Taripun kembali memberikan
kenikmatan mulutnya pada kemaluanku.
Tampak dari tatapanku, kepalanya naik turun
menghisapi kemaluanku. Tangankupun
mengelus-elus rambutnya penuh rasa sayang
seperti rasa sayang bapak kepada anaknya.
“Ya terus.. Sayang” erangku menahan nikmat
yang tiada tara.
Setelah beberapa menit, kutarik tubuhnya
sehingga wajahnya tepat berada diatas wajahku.
Kuciumi bibirnya sambil tanganku meremas-
remas pantatnya. Kemudian kubalikkan
badannya, sehingga badanku yang tinggi besar
menindih tubuh belianya. Kusedot puting buah
dadanya dan kugigit-gigit sehingga
menimbulkan bekas memerah.
Lalu kurenggangkan pahanya, dan kuarahkan
kemaluanku ke vaginanya.
“Jangan Oom.. Ampun Oom.. Jangan..
Ampun..” rengek Tari ketika kemaluanku mulai
menyentuh bibir vaginanya.
Aku tambah bernafsu saja mendengar
rengekannya, dan kutekan kemaluanku sehingga
mulai menerobos liang vagina perawannya.
Terasa sesuatu menghalangi kemaluanku, yang
pasti adalah selaput daranya
“Ahh.. Sakiitt..” jeritnya menahan tangis ketika
kutekan kemaluanku merobek selaput daranya.
Kutahan sebentar menikmati saat aku
mengambil keperawanan anak ini, kemudian
kugerakkan pantatku maju mundur
menyetubuhinya.
“Ah.. Nikmat.. Ahh.. God.. Memekmu enak
Tari.” racauku
“Oh.. Ampun.. Sakit.. Udah Oom.. Ampun..”
Tari merintih kesakitan sambil menangis.
“kamu mantap sekaliiii..” aku kembali meracau
kenikmatan.
Kugenjot terus kemaluanku, dan aku merasakan
nikmatnya jepitan vagina Tari yang sangat
sempit itu. Tampak air mata Tari meleleh
membasahi pipinya, dan ketika kugenjot
kemaluanku tampak wajahnya menyeringai
menahan sakit.
Kemudian kutarik pahanya sehingga melingkari
pinggangku, dan sambil duduk di ranjang
kugenjot lagi vaginanya. Tanganku sibuk
menjelajahi buah dadanya.
Bosan dengan posisi itu, kubalikkan badannya
dan kusetubuhi dia dengan gaya “doggy style”.
Sudah tak terdengar lagi rengekan Tari, hanya
suara erangannya dan isak tangisnya yang
memenuhi ruangan itu.
“Ahh.. Sakit Oom ampun..” rengeknya kembali
ketika rambutnya kutarik sehingga wajahnya
terdongak ke atas.
Sambil kusetubuhi tubuhnya, kadang kuciumi
dan kugigiti pundak dan lehernya dari belakang,
sambil tanganku memerah buah dadanya.
Setelah kurang lebih satu jam aku setubuhi dia
dengan berbagai macam posisi, akupun tak
tahan untuk mengeluarkan cairan ejakulasiku.
Kubalikkan badannya dan kugesek-gesekkan
kemaluanku di dadanya. Kadang kugesek-
gesekkan juga ke seluruh wajahnya.
“Ahh.. Memang enak perawan kamu Tari..”
erangku sambil menumpahkan spermaku di
dadanya. memang benar-benaar enak, gumam
ku dalam batin, cewek perawan emang enak,
sangat berbeda dengan tante girang…
Akupun kemudian bergegas menuju toilet untuk
membersihkan diri. Kemaluanku pun
kubersihkan dari sisa sperma bercampur darah
perawan Tari. Sekembalinya aku dari toilet,
kulihat Tari masih terbaring di ranjang sambil
menangis terisak-isak. Kubiarkan saja dia di sana,
karena aku sudah merasa puas dan merasa
menjadi lebih muda setelah mereguk kenikmatan
dari anak itu.
Kuminum sisa birku, dan kutelepon Dita untuk
menjemput Tari. Tak lama, Dita pun datang.
“Gimana Pak Robert?” tanyanya tersenyum.
“Wah.. Puas.. Tuh anak enak banget” kataku
tertawa kecil.
“Syukurlah Pak Robert puas. Sengaja saya pilihin
yang bagus kok Pak” katanya lagi.
“Percaya deh sama Dita. Tuh anaknya masih di
kamar”
Dita pun masuk ke kamar tidur sedangkan aku
nonton TV di sofa. Lagi-lagi masih berita perang
di CNN. Sementara itu, terdengar Tari menangis
di kamar sedangkan Dita berusaha
menghiburnya. Setelah kurang lebih setengah
jam, merekapun muncul dari dalam kamar tidur.
“Saya permisi dulu Pak Robert” pamit Dita.
“Oh ya Dit.., kalau ada yang bagus lagi telepon
ya. Untuk obat awet muda.” jawabku sambil
mengedipkan mataku.
“Beres Pak” jawabnya sambil menggandeng Tari
keluar.
“Ini tasnya ketinggalan” kataku sambil
menyerahkan tas Tari yang berisi buah-buahan
untuk adiknya itu. Kuperhatikan mata Tari masih
sembab, dan jalannya pun agak pincang ketika
meninggalkan kamar hotelku.
Tak lama akupun cek out dari hotel. Dalam
perjalanan pulang ke apartemenku, aku mampir
di panti pijat langgananku. Tubuhku agak pegal
sehabis menyetubuhi Tari tadi. Setelah dipijat,
dan mandi air hangat, tubuhku terasa sangat
segar. Akupun bergegas pulang dengan
mengendarai Mercy silver metalik kesayanganku.
Tak lupa kusetel lagu Al Jarreau kesayanganku.
Sekian…..


Adult | GO HOME | Exit
1/920
U-ON

inc Powered by Xtgem.com